Tuesday, December 2, 2014

KAOS DAN SWETER

Penulis: Endar Wahyuni



Ponselku berdering keras saat aku berhenti di pom bensin. Kuselesaikan pembayaranku dengan petugas pom. Setelahnya, baru aku keluar dari antrian panjang dan menepi ke tempat peristirahatan sementara.

“Halo, satu jam lagi. Ini baru OTW pulang!” Kuputuskan telepon balik Mas Bayu.

Seharian ponselku berdering terus. Parahnya, hanya tertera dua nama, Mas Bayu, dan Pak Dukuh. Ya, malam nanti memang akan diadakan syawalan kecil-kecilan di kampungku. Pak Dukuh pernah mengatakan hanya pengajian kecil saja. Mendengar itu, kuputuskan tidak ikut mengurusnya. Jarak kantor yang lumayan jauh, juga pekerjaan yang semakin padat membuatku harus mengurangi kegiatan pemuda. Apalagi aku belum libur sejak hari lebaran, membuatku repot kalau harus mengurus berbagai acara.

Selesai menelepon balik Mas Bayu, aku langsung meluncur. Aku harus buru-buru sampai rumah karena Pak Dukuh memintaku segera pulang. Persiapan yang kupikir sudah beres ternyata masih berantakan.

Sampai di rumah, kusempatkan salat sebentar. Rencananya langsung ke rumah Mas Bayu. Eee..., rupanya baju yang kukenakan sudah lumayan nggak enak. Maklum, kupakai sejak jam lima subuh tadi. Buru-buru kuganti dengan kaos pendek. Kuraih sweter putihku, kukenakan lengkap dengan jilbab oblongku. Langsung tancap gas menuju rumah Mas Bayu tanpa memperhatikan ulang penampilanku.

Di rumah Mas Bayu, berbagai kesibukan sudah menunggu. Mengambil pesanan snack, masak, membersihkan tempat pengajian, cek sound system, dan lainnya.

“Busyeeettt..., yang lain mana, Mas?” seruku.

“Ada yang reunian, lainnya sudah masuk kerja,” jawab Mas Bayu.

“Helooowww?! Aku juga kerja, belum libur malah, masih aja digerecokin. Kan, sudah kubilang, aku nggak bisa ngurus kegiatan ini,” ucapku kesal.

“Hehehe..., siapa lagi kalau bukan kamu.” Mas Bayu meringis.

“Urusan masak minta tolong saja sama Bu Asih. Kan, cuma buat pembicaranya. Masaknya sedikit aja,” sambung Mas Bayu. Buru-buru kuraih ponselku.

“Halo, Bu Asih. Bisa bantu masak buat pembicara nanti malam? Oh..., ya..., ya..., baik, Bu. Makasih, Bu.” Kututup teleponku.

“Beres, kan?” Mas Bayu tersenyum simpul.

“Beres apanya? Beliau bisanya bantu masak nasi sama sayur. Nanti lauk-pauknya kita beli....”

“Oke, capcuuusss...!”

Beberapa puluh tusuk sate sudah berhasil didapat. Mie goreng sudah selesai dipesan lengkap dengan perjanjian diambil jam delapan malam. Tinggal satu yang belum didapat, tempe dan tahu bacem. Akhirnya kami putuskan ke sebuah angkringan.

“Mas, tahu sama tempe bacemnya ada?” Mas Bayu mendahului bertanya.

“Waduh... nggak ada, Mas....”

“Di mana kira-kira yang ada, ya?”

“Jarang yang jual baceman, Mas. Buat apa, to? Mbok gorengan biasa aja!”

“Mintanya yang bacem, Mas,” sahut Mas Bayu lesu. Kulihat pedagang angkringan itu menatapku.

“Ya, sudah, Mas. Makasih,” pamit Mas Bayu.

“Ya, Mas. Eh... buat istrinya yang nyidam, ya, Mas?”

“Iya, Mas,” sahut Mas Bayu sambil buru-buru mengajakku cari ke tempat lain.

“Heh! Kok dibenerin aja, sih, kata-kata mas angkringan yang tadi?” tanyaku kesal.

“Soal nyidam? Salah sendiri pake kaos oblong kegedean tambah sweter warna terang. Udah tahu kelebihan berat badan, masih aja pakai baju kayak ibu-ibu hamil,” seloroh sepupuku itu sambil menertawakanku. Aku memperhatikan pakaianku sendiri. Iya, ya, seperti orang hamil, batinku. Aku terkekeh sendiri walau sebenarnya masih kesal.


JOG, En-211014



Lihat juga kumpulan FTS lainnya di sini

No comments:

Post a Comment