Setiap perjalanan menyimpan
ceritanya masing-masing. Setiap cerita menyimpan kenangannya sendiri-sendiri.
Setiap kenangan menyimpan rasa demi rasanya. Tangis, tawa, sedih, bahagia, jenuh,
rindu adalah bagian dari rekaman perjalanan ini. Perjalananku, kamu, dan kamu.
Mewujudkan sebuah kotak musik yang tak terwujud. Cukup kita yang mengetahui
seperti apa bentuknya, bagaimana rasanya, dan sedalam apa kisahnya. Ya, cukup
kita---aku, kamu, dan kamu.
Entah sudah berapa musim
perjalanan ini mewarnai hari-hari kita. Walau warnanya tak pernah tersentuh
kanvas pun cat air. Padahal, mungkin jika seorang seniman berkenan menyentuhnya,
entah sudah berapa banyak lukisan yang tercipta. Goresan merah, kuning, biru
berpadu apik menyelaraskan pagi ke siang, siang ke malam, hingga malam kembali
menemui pagi. Tapi semua objek indah ini memang tak pernah tersentuh seorang
seniman pun. Ah, aku pikir bukan mereka yang enggan, tapi kita yang tak pernah
menginginkan seseorang melukiskan apa pun tentang kita. Kenapa? Hanya aku,
kamu, dan kamu yang tahu dan mengerti betapa berharganya perjalanan ini untuk
kita simpan sendiri.
Hujan telah kembali. Setelah
gersang menjadi puncaknya kemarau. Dan kita?
Kita masih saja berkelakar.
Tentang galau yang kamu bilang candu. Tentang dilema yang kamu bilang masakan
terhambar. Tentang air mata yang pernah kubilang adalah obat penawar. Kita
masih saja menertawakan satu sama lain. Tak ada yang tahu bahwa ada seribu kekuatan
di satu ejekan. Ada sejuta keyakinan di setiap hardikan. Tapi dunia tak akan tahu,
bagaimana diksi-diksi itu sangat jarang terlontar manis dalam nuansa romantis.
Semua sudah berlalu. Tanpa ada satu kaset pun berhasil merekamnya. Kenapa? Kita
tak punya itukah? Ya. Kita memang tak pernah membutuhkannya. Karena hanya aku,
kamu, dan kamu yang tahu dan mengerti betapa berharganya perjalanan ini untuk
kita simpan sendiri.
Dan entah pertemuan semalam
adalah ke berapa ribu kali bumi mengelilingi matahari. Tapi kita masih tetap
sama---tertawa, menertawakan, ditertawakan. Mengulas kembali awal perjalanan
ini. Kita mulai menyebutkannya satu per satu sampai larut. Tapi ketika kantuk sudah
menyergap, kita masih punya banyak stok cerita yang belum diceritakan. Ah...,
memang begitu banyak kenangan ini. Kenangan yang tak pernah kita simpan dalam
satu foto pun. Kenapa? Padahal ponsel kita mumpuni, bukan? Kenapa tak pernah
punya satu keinginan pun untuk mengabadikannya? Karena hanya aku, kamu, dan
kamu yang tahu dan mengerti betapa berharganya perjalanan ini untuk kita simpan
sendiri.
Lalu?
Apa yang harus diteruskan lagi.
Aku pikir kita sudah mengucapkan salam perpisahan itu hampir setengah tahun
yang lalu. Saat kamu telah bahagia, saat kamu sedang menyusun hari bahagia,
saat aku masih menunggu waktu bahagiaku sendiri.
Dan sekarang?
Sekarang kita sedang sama-sama
bahagia. Dengan kehidupan yang aku, kamu, dan kamu punya. Bersama selipan
kenangan tentang kita. Tentang tiga anak manusia yang saling menguatkan. Jadi,
cukuplah kisah ini milik kita. Biarkan dia menyulap dirinya bak dongeng sebelum
tidur. Dongeng yang tak pernah terambah pena dan kertas. Tapi akan tetap
mengalir dalam irama kehidupan kita. Biarlah perjalanan ini melayakkan dirinya
menjadi keabadian yang tak pernah terabadikan.
Ini milik kita :)
JOG, En-161015
Big thank's to Mr. Paijo and Ms. DC ^-^ ^-^