Friday, September 5, 2014

LIFE (part 10)

Kopi malamku sudah terlupakan. Apalagi yang harus kuharapkan. Menyruput kopi itu sedekit demi sedikit lantas habis tanpa ketemui manis dalam pahitnya. Atau membiarkannya dingin dalam genangan yang bergeming. Bahkan kopi ini pun tak dapat menjawab satupun pertanyaanku. Segala  kegusaranku tentang apa dan mengapa, tentang apa dan bagaimana, tentang semua yang harus diakhiri tanda tanya.

Katanya aku harus merasakan pahitnya dulu supaya aku dapat menikmati manisnya. Tapi, kenyataannya lidahku terlalu kelu untuk mencicipinya lagi, mencicipi pahit yang tiada ujungnya. Mungkin ini tanda keputus-asaanku. Ah ..., cengeng sekali aku. Baru satu dua langkah sudah menyerah. Tapi mengapa kata-kataku tidak pernah bisa mengalir mulus?

Dalam penantian rasa manis, entah aku masih setia ataumenyerah begitu saja. Lalu apa selanjutnya? Lagi-lagi harus ada kata tanya yang semakin ruwet untuk kucampurkan dengan kopiku, menambah runyamnya rasa pahit bak tak tersentuh gula sedikitpun. Mungkin hanya ada sedikit pemanis yang tercampur, yang akhirnya hanya akan menyisakan rasa pahit, getir.

Apa memang aku bukan penggemar kopi? Bukan penikmat kopi sejati? Dan tidak akan pernah bisa menciptakan kenikmatannya di penghujug malam. Lalu?

Aku masih terdiam mencari-cari kepulan panasnya yang tidak akan pernah lagi kutemui. Kopi malamku mendingin....

No comments:

Post a Comment