Penulis: Endar Wahyuni
Siang itu, Albert tengah mondar-mandir di depan ruang bersalin
sebuah rumah sakit. Pikirannya gelisah tak keruan. Hatinya berdebar-debar.
Mulutnya komat-kamit merapal harap. Sekujur tubuhnya gemetar memendam ketakutan
akan hal-hal yang tidak diinginkan. Perasaan khawatir terus berkecamuk
mengingat wanita yang dicintainya tengah berjuang di dalam sana.
“Bapak, bisa ikut saya sebentar untuk melengkapi beberapa data
yang kami perlukan?” Seorang suster tiba-tiba mengejutkan pria berkebangsaan
Jerman tersebut.
“Oh... emmm... ya, baik, Sus!” Albert gugup.
Beruntung dia sudah lama tinggal di Jakarta sehingga sudah
terbiasa berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia. Albert melempar tatapan ke
sekeliling tempatnya berdiri. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing.
Bergegas diikutinya perempuan berseragam putih tadi.
Setelah urusan administrasi selesai, Albert kembali duduk di
bangku tunggu ruang bersalin. Rupanya, si kecil belum lahir. Albert kembali
cemas. Sebentar-sebentar dia berdiri, berjalan beberapa langkah, kemudian duduk
lagi. Berbagai pertanyaan muncul dalam benak menambah runyam otaknya.
Krekkk!!!
Pintu ruangan dibuka dari dalam. Albert lantas berdiri menghampiri
dokter yang keluar dari ruangan tersebut.
“Bagaimana, Dok?”
“Baik, semuanya dalam kondisi sehat. Selamat, ya! Anak bapak
berjenis kelamin laki-laki.” Dokter menjabat tangan Albert seraya tersenyum
ramah.
“Terima kasih, Dok. Boleh saya masuk?”
“Oh..., silakan! Saya tinggal dulu, ya....”
“Sarah...,” panggil Albert lembut.
Sarah menoleh lemas. Tubuhnya memang masih terlihat lemah. Dia
sendiri tidak mengira bakal melahirkan bayi secara prematur.
“Sarah..., maaf aku terjebak macet. Kamu baik-baik saja, kan,
Sayang? Mana anak kita?” Seorang pria tiba-tiba masuk.
Sarah mengacungkan telunjuknya pada sebuah keranjang bayi. Pria
tadi buru-buru mendekati benda tersebut.
Pria bernama Bambang itu tiba-tiba melangkah mundur dari keranjang
bayi. Mata biru milik si jabang bayi masih tergambar jelas, meruntuhkan semua
kepercayaannya pada istrinya, Sarah. Bambang menatap tajam Albert---orang yang
beberapa jam lalu mengirim pesan bahwa Sarah ingin melahirkan---seraya mengepalkan tangannya.
"Oh, ya, Pak Albert, terima kasih telah membawa istriku ke
rumah sakit. Anda perhatian sekali pada karyawan," sindir Bambang.
JOG,
En-261114
Lihat juga Flash Fiction lainnya di sini
No comments:
Post a Comment