Dani sedikit
ragu untuk memasuki ruangan. Kalau bukan pesta ulang tahun pernikahan sahabat
sendiri, sudah pasti dia tidak akan datang. Pesta dansa ini sungguh
menyiksanya. Dia yakin, semua hadir dengan pasangan masing-masing. Sedang dia
hanya bisa memandang iri.
“Hei, Dan!
Ayo masuk!” Ronal tiba-tiba mengagetkannya.
“Hei, Bro!
Selamat, ya! Tak terasa sudah dua tahun kalian berumah tangga. Mana istrimu?”
“Di dalam,
lagi sama teman-temannya. Masuk, yuk! Nggak ngajak ceweknya, nih?”
“Ahhh...,
kamu, kan, tahu aku belum laku-laku.”
Dalam
hitungan detik, Dani sudah berada di ruangan bernuansa romantis itu. Tampak
beberapa pasangan tengah berdansa atau sekadar menikmati suasana pesta. Dani
hanya mengambil minum lalu duduk di kursi sendirian. Ronal sudah
meninggalkannya dari tadi.
“Dani...?”
Dani
terperangah. Di hadapannya sudah berdiri wanita cantik bergaun merah.
Jantungnya berdegup kencang.
“Seila...,
apa kabar?” Dani gugup.
“Kabar baik.
Kamu gimana? Nggak nyangka bisa ketemu di sini.”
“Seperti
yang kamu lihat. Merana sendirian. Katanya kamu udah nikah. Mana suamimu?
Kenalin, dong!”
“Suamiku
masih ada urusan. Dia menyuruhku datang sendiri. Kamu mengenalnya, kok.”
“Siapa
memangnya?”
“Arif....”
Deg!
Jantung Dani
terasa berhenti sesaat. Rupanya suami Seila adalah kakak tingkatnya di SMA dulu
yang juga merupakan bos barunya kini. Bos tempatnya bekerja selama tiga bulan
belakangan.
“Maafin aku,
La. Waktu itu aku harus pergi meninggalkanmu ke negeri seberang untuk menuntut
ilmu. Dan aku pun kesulitan berkomunikasi denganmu. Andai aku tetap kuliah di
sini....”
“Maafin aku
juga, Dan. Orang tua memaksaku menikah dengan Arif.”
Ingatan Dani
kembali pada peristiwa beberapa tahun silam ketika masih memadu kasih dengan
Seila. Masa-masa indah yang tak pernah bisa dilupakan. Bahkan, Dani sempat
berencana ingin menikahi Seila setelah dia selesai kuliah dan mendapat
pekerjaan yang layak. Tapi, kini semua harapannya sirna.
“Bolehkah
aku berdansa denganmu? Sekali ini saja. Anggap sebagai salam perpisahan cintaku
padamu yang harus kupendam dalam-dalam,” pinta Dani.
Seila
mengangguk. Dia tak dapat menolak ajakan orang yang juga masih sangat
dicintainya. Mereka lalu turun ke lantai dansa, meliuk-liuk mengikuti irama
yang mengalun lembut. Melupakan luka yang menganga di antara keduanya.
Suasana yang
begitu romantis melarutkan Dani dalam perasaan dan nafsunya. Sebuah kecupan
mesra bersarang di kening Seila.
“Dasar!
Kurang ajar!” Tiba-tiba terdengar teriakan keras dari arah meja minuman.
Seorang laki-laki tampak berdiri dengan sorot mata tajam.
“Arif...,”
gumam Seila.
BRAKKK!!!
Sebuah meja
menjadi sasaran amukan.
“Laporan
bulanan belum selesai malah ‘streaming’ di jam kerja! Ikut ke ruangan saya
sekarang!” tegur Pak Boni setelah di gebraknya meja kerjaku. Aku hanya menunduk.
Kuhentikan acara FTV kesayanganku. Bergegas kubuntuti Pak Boni.
“Mati aku.
Potong gaji apa SP, ya, ini?” gumamku sambil membayangkan surat kecil untuk
umur dompetku.
JOG,
En-121114
Nb: Judul terinspirasi dari update status sosmed seorang teman
Lihat juga Flash Fiction lainnya di sini
No comments:
Post a Comment