Karya: Endar Wahyuni
tiba-tiba aku ragu
pada semangkuk mi kuah yang kauhidangkan
tertata rapi di meja makan
bersama kepulannya
cukup sedapkah ia?
sedang di warung depan
ayam panggang lebih menggiurkan cacing-cacing perut
yang sedari tadi belingsatan
mengisyaratkan si empunya tengah kelaparan
aku takut...
sangat takut...
takut kita hanyalah sepasang gigil
yang berteduh dari guyuran hujan
lalu saling mencoba menghangatkan tubuh
lewat kuah panas yang terhidang menggoda
dan ketika di luar sudah reda
ketika kuah telah habis tak bersisa
ketika mi tak mampu mengganjal
ketika perut masih terus meronta
diam-diam kita saling menyelinap lewat pintu belakang
mengendap-endap di bawah jendela samping rumah
lalu melahap nikmat ayam panggang warung depan
JOG, En-270115
Lihat juga puisi lainnya di sini
No comments:
Post a Comment