Malam semakin larut. Jarum jam sudah
menunjukkan pukul dua dini hari. Namun, Zahra belum bisa memejamkan matanya.
Tubuhnya belingsatan di atas kasur, seolah tidak menemukan posisi nyaman untuk
tidurnya. Sesekali, dia memiringkan tubuhnya ke kanan, lalu tak lama kemudian
telentang. Selang beberapa waktu, diambilnya posisi miring kiri, sebelum
akhirnya telungkup dan membenamkan wajahnya ke bantal. Begitu seterusnya,
berulang-ulang namun tak teratur.
Sudah hampir seminggu ini Zahra susah
tidur. Hatinya yang tengah gundah gulana itu membuatnya masuk ke dalam golongan
orang-orang insomnia. Bagaimana tidak? Beberapa malam belakangan pikirannya
selalu dipenuhi tentang David. Rasa bersalah, sedih, dan juga penyesalan terus
berkecamuk dalam pikirannya. Apalagi bila malam tiba, sering tangisnya buncah
tak tertahan.
Dengan malas, diraihnya ponsel yang
daritadi memang tak bersuara itu. Bukan hanya tadi, beberapa hari ini memang
ponselnya sangat senyap. Tak ada pesan masuk, terutama dari orang yang sangat
dirindukannya.
“Kamu bener-bener udah lupa, ya?” ucapnya
lirih ketika melihat layar ponsel yang masih sama seperti sebelum-sebelumnya,
kosong tanpa pesan.
Air mata mengalir dari sudut matanya.
Terlintas lagi kenangan-kenangan indah yang harus terhapus oleh kebodohannya
sendiri. Kebodohannya karena telah mencoba mencari sosok lain demi mengobati
kejenuhannya. Kebodohan yang selalu disesalinya sampai detik ini.
“Maafin aku, Dav. Aku benar-benar khilaf
waktu itu,” lanjutnya pelan dalam kesendirian.
Tiba-tiba, terlintas dalam benak Zahra
untuk mengecek akun facebook David. Jarinya kembali sibuk menyentuh tombol
ponselnya. Hatinya berdebar-debar, menebak kira-kira apa yang akan dilihatnya
nanti. Matanya melotot ketika layar ponselnya kini telah menampilkan akun orang
yang membuatnya begadang tiap malam itu.
Ternyata aku
masih butuh. Tapi, malam ini kamu sudah tak ada... :'(
Dibacanya dengan saksama update status
terakhir di akun facebook mantan kekasihnya. Tulisan itu baru saja dipampang
kurang lebih sepuluh menit yang lalu. Jantung Zahra berdebar hebat. Otaknya
terus berputar mengartikan makna tulisan tersebut. Beberapa saat kemudian,
tampak selengkung senyum menghiasi wajahnya.
Dalam sekejap, keluarlah dia dari
tampilan facebook. Tangannya bergegas memencet tombol panggilan. Dia yakin
David masih terjaga.
“Halo!” sapa lelaki di ujung telepon
setelah beberapa waktu Zahra mendengar nada tunggu panggilannya.
“Dav….”
“Kenapa, Ra. Dini hari gini telepon?”
“Dav, kita itu kaya’ anak kecil, ya. Dan
kita terlalu gengsi. Sudahlah, aku minta maaf. Kita coba lagi semuanya dari
awal, ya. Aku tahu…”
“Maksudmu?” potong David seraya
mengeryitkan dahinya.
“Iya, aku tadi lihat statusmu di facebook.
Kamu juga masih sayang aku, kan? Ternyata kita sama. Begadang cuma gara-gara
galau. Padahal, kita sama-sama masih saling membutuhkan.”
“Maksud statusku itu kopi, Ra. Lupa, ya,
kenapa jam segini aku masih melek?” jelas lelaki berseragam satpam yang tengah
kehabisan kopi.
JOG,
En-311214
Lihat juga Flash Fiction lainnya di sini
No comments:
Post a Comment