Thursday, April 9, 2015

DILEMA

Penulis: Endar Wahyuni



“Hei, kenapa kamu menangis? Apa yang kamu tangisi? Toh, itu gara-gara kamu sendiri. Salah sendiri jadi orang yang nggak berguna!” Perempuan itu memakiku sekeras mungkin. Tanpa kasihan sedikit pun padaku.

Aku hanya bisa menatapnya sayu. Apalagi yang harus kulakukan? Toh, semua ucapannya memang benar. Aku benar-benar orang yang tidak bisa diharapkan. Gadis bodoh yang tak tahu diri. Aku hanya bisa menangis, menangis, dan menangis. Aku selalu takut untuk berbuat lebih.

“Sudah, jangan dengarkan dia. Aku paham mengapa kamu melakukan ini. Memang, ini tidak bisa diterima semua orang. Tapi, yakinlah bahwa suatu hari nanti semua akan baik-baik saja.” Perempuan lain menatapku sendu seolah mampu merasakan apa yang selalu membebani hati dan pikiranku.

“Buat apa kau membelanya? Tidak ada gunanya. Kau bisa melihatnya sendiri. Semua orang sudah menjauhinya, meninggalkannya tanpa belas kasih. Itu karena dia yang tak bisa memperlakukan oraang lain dengan baik.” Lagi-lagi aku harus mendengar kalimat demi kalimat yang begitu pahit keluar dari orang pertama tadi. Perempuan dengan sorot mata tajam juga wajah garang. Dan lagi-lagi pula aku harus membenarkan semua ucapan.

“Dia hanya tak mengerti apa yang harus dan sebaiknya dilakukan. Di satu sisi sangat ingin melakukan hal-hal yang banyak orang inginkan, namun di satu sisi lagi dia merasa takut.” Perempuan kedua kembali membelaku. Pembelaan yang juga harus kubenarkan adanya.

“Halah... apa pun itu dia tetap salah. Dia perempuan tak punya hati!” sergah perempuan berwajah garang tadi sambil menunjuk-nunjuk mukaku.

Aku teramat ketakutan. Tangisku kembali buncah. Aku tersedu-sedu. Perdebatan demi perdebatan kedua wanita itu terus berlangsung. Terngiang-ngiang di telinga, memuakkan pikiranku.

“CUKUUUPPP...!!!” teriakku putus asa seiring suara pecahan cermin di depanku. Perlahan aku duduk, merasakan tubuhku yang begitu berat. Aku mulai memeluk lututku sambil terus terisak. Darah segar mengalir dari punggung telapak tanganku, berjatuhan di lantai kamar yang sedari tadi kupijak sendirian.


JOG, En-090415



Lihat juga Flash Fiction lainnya di sini

No comments:

Post a Comment