Friday, April 24, 2015

Aira...!

Penulis: Endar Wahyuni



Musim liburan sekolah kali ini sengaja kumanfaatkan mengajak anak-anak menginap di rumah neneknya. Maklum, jarak rumahku dengan rumah ibuku lumayan jauh. Kami harus menempuh perjalanan kurang lebih dua jam terlebih dahulu. Makanya, selama tinggal bersama suami di Solo, aku jarang mengajak anak-anak ke rumah neneknya.

Malam ini, jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan lebih. Tapi, entah kenapa si bungsu belum juga mengantuk. Aira, putriku yang baru senang-senangnya berjalan itu tengah asyik bermain bersama kakaknya. Nabil---putra sulungku yang berusia enam tahun---memang suka menggodanya. Mengambil barang kesukaan Aira, dan memaksa adiknya itu untuk mengejarnya. Mereka tampak sangat senang, Nabil berjalan sambil terkekeh, sedang Aira membuntutinya dengan langkah yang belum begitu sempurna.

“Ayo, ayo, sini!” goda Nabil.

Kulihat Aira berusaha mengejar dengan langkah-langkah kecil sambil berceloteh sesukanya. Nabil masih mempermainkan bando adiknya itu, berharap Aira segera mendekatinya. Aku tersenyum kecil melihat ulah keduanya. Lantas perhatianku kembali tertuju pada layar televisi.

BUKKK!!!

Aku mendengar ada yang terjatuh. Aira. Pikiranku langsung melesat pada si bungsu. Kualihkan pandanganku ke sekeliling. Aku hanya mendapati Nabil yang tengah terdiam ketakutan. Mana Aira? Bahkan, aku pun tak mendengar tangisannya.

Aku mencoba melongok ke lantai bawah yang memang hanya dibatasi teralis pagar setinggi pinggangku.

Deggg!

Jantungku berdegup kencang. Kulihat tubuh Aira sudah berada di lantai bawah tak sadarkan diri.

“Airaaa...!!!” jeritku.

Ibuku yang berada di kamarnya segera keluar dan membopong Aira. Aku tergopoh menuruni tangga. Aira masih terdiam dalam gendongan neneknya. Matanya memang sudah mulai terbuka. Namun, dia hanya diam saja, menangis pun tidak.

“Aira, Sayang... ini Mama, Nak. Aira....” Kupanggil-panggil namanya.

Dalam gendongan ibuku, Aira masih diam saja meskipun matanya mulai berkedip. Aku bingung, tak tahu apa yang harus kulakukan. Ibuku---yang memang lebih bisa tenang dalam menguasai keadaan---segera menyerahkan Aira ke pelukanku lantas menghubungi adik laki-lakiku untuk segera mengantarkan kami ke rumah sakit. Kemudian, dia pun meminta suamiku di Solo untuk segera ke Yogyakarta.

Aira baru bisa menangis ketika adikku sudah datang. Kami pun langsung meluncur ke rumah sakit. Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa untuk sementara kondisi Aira baik-baik saja. Aku sangat bersyukur mendengarnya. Ya, kecelakaan ini memang peringatan dari Tuhan agar aku tidak lalai menjaga anakku. Mengingat lantai atas yang pagar pembatasnya memang berstruktur rangkaian jeruji ukir di mana terdapat celah-celah yang lumayan lebar. Tapi, sekali lagi aku sangat berterima kasih pada Tuhan. Karena, meskipun jatuh dari ketinggian yang lumayan, namun tak ada sedikit pun darah yang keluar dari tubuh Aira. Sebenarnya aku heran juga. Mungkin mukjizat dari Tuhan, pikirku.




JOG, En-060115

*) diambil dari cerita cucunya Ibu Kos



Lihat juga FTS lainnya di sini
 

1 comment:

  1. How to Play Baccarat with the Right Baccaratist - Febcasino
    As with any live 메리트 카지노 주소 dealer game, the gambler must choose between a deccasino dealer and a live dealer. This is 바카라사이트 a common strategy that plays a very

    ReplyDelete