Musim
liburan sekolah kali ini sengaja kumanfaatkan mengajak anak-anak menginap di
rumah neneknya. Maklum, jarak rumahku dengan rumah ibuku lumayan jauh. Kami
harus menempuh perjalanan kurang lebih dua jam terlebih dahulu. Makanya, selama
tinggal bersama suami di Solo, aku jarang mengajak anak-anak ke rumah neneknya.
Malam ini,
jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan lebih. Tapi, entah kenapa si bungsu
belum juga mengantuk. Aira, putriku yang baru senang-senangnya berjalan itu
tengah asyik bermain bersama kakaknya. Nabil---putra sulungku yang berusia enam
tahun---memang suka menggodanya. Mengambil barang kesukaan Aira, dan memaksa
adiknya itu untuk mengejarnya. Mereka tampak sangat senang, Nabil berjalan
sambil terkekeh, sedang Aira membuntutinya dengan langkah yang belum begitu
sempurna.
“Ayo, ayo,
sini!” goda Nabil.
Kulihat Aira
berusaha mengejar dengan langkah-langkah kecil sambil berceloteh sesukanya.
Nabil masih mempermainkan bando adiknya itu, berharap Aira segera mendekatinya.
Aku tersenyum kecil melihat ulah keduanya. Lantas perhatianku kembali tertuju
pada layar televisi.
BUKKK!!!
Aku
mendengar ada yang terjatuh. Aira. Pikiranku langsung melesat pada si bungsu.
Kualihkan pandanganku ke sekeliling. Aku hanya mendapati Nabil yang tengah
terdiam ketakutan. Mana Aira? Bahkan, aku pun tak mendengar tangisannya.
Aku mencoba
melongok ke lantai bawah yang memang hanya dibatasi teralis pagar setinggi
pinggangku.
Deggg!
Jantungku
berdegup kencang. Kulihat tubuh Aira sudah berada di lantai bawah tak sadarkan
diri.
“Airaaa...!!!”
jeritku.
Ibuku yang
berada di kamarnya segera keluar dan membopong Aira. Aku tergopoh menuruni
tangga. Aira masih terdiam dalam gendongan neneknya. Matanya memang sudah mulai
terbuka. Namun, dia hanya diam saja, menangis pun tidak.
“Aira,
Sayang... ini Mama, Nak. Aira....” Kupanggil-panggil namanya.
Dalam
gendongan ibuku, Aira masih diam saja meskipun matanya mulai berkedip. Aku
bingung, tak tahu apa yang harus kulakukan. Ibuku---yang memang lebih bisa tenang
dalam menguasai keadaan---segera menyerahkan Aira ke pelukanku lantas
menghubungi adik laki-lakiku untuk segera mengantarkan kami ke rumah sakit.
Kemudian, dia pun meminta suamiku di Solo untuk segera ke Yogyakarta.
Aira baru
bisa menangis ketika adikku sudah datang. Kami pun langsung meluncur ke rumah
sakit. Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa untuk sementara kondisi Aira
baik-baik saja. Aku sangat bersyukur mendengarnya. Ya, kecelakaan ini memang
peringatan dari Tuhan agar aku tidak lalai menjaga anakku. Mengingat lantai
atas yang pagar pembatasnya memang berstruktur rangkaian jeruji ukir di mana
terdapat celah-celah yang lumayan lebar. Tapi, sekali lagi aku sangat berterima
kasih pada Tuhan. Karena, meskipun jatuh dari ketinggian yang lumayan, namun
tak ada sedikit pun darah yang keluar dari tubuh Aira. Sebenarnya aku heran
juga. Mungkin mukjizat dari Tuhan, pikirku.
JOG, En-060115
*) diambil dari cerita cucunya Ibu Kos
Lihat juga FTS lainnya di sini
How to Play Baccarat with the Right Baccaratist - Febcasino
ReplyDeleteAs with any live 메리트 카지노 주소 dealer game, the gambler must choose between a deccasino dealer and a live dealer. This is 바카라사이트 a common strategy that plays a very