“Ketika Cinta Selalu
Pulang.” Kututup halaman youtube yang
baru saja menyelesaikan film pilihanku malam ini. Kalimat manis itu---yang selalu
kutemukan di halaman pencarian google---menjadi embel-embel judul film barusan. Padu-padan diksi yang sempat membuatku
tersenyum kecil dan menyimpan banyak harapan. Menguatkan doa-doa sepertiga
malam. Menjadi senjata ampuh ketika air mata mulai menderas. Tapi, benarkah
cinta akan selalu pulang?
Malam ini,
seperti biasa kita sengaja meramu penawar rindu dengan sedikit basa-basi kabar,
ditambah beberapa sendok cerita ini-itu tentang hari yang baru saja lewat, lalu
kita taburi candaan nakal tentang ‘kita’. Sedap sekali, bukan? Sampai-sampai
penawar rindu ini malah menjadi candu untuk kita nikmati di malam-malam
berikutnya.
“Buktinya aku
pulang lagi, kan?” Aku masih ingat betul kata-kata ini keluar dari mulutmu
ketika aku protes tentangmu yang selalu datang dan pergi. Protes yang sengaja
kubalut dalam gurauan, yang sesungguhnya benar-benar ungkapan sebuah kejujuran.
“Untung aku
masih mau bukain pintu,” candaku. Lalu kita lanjutkan gurauan-gurauan
nakal lainnya. Tawa kecil pecah memeriahkan malam. Sungguh, kuakui kamu memang
benar-benar telah memenangkan hatiku. Walaupun, belum juga kudengar satu jawaban
atas pertanyaan terakhirku sebelum kita sama-sama beranjak tidur. “Lalu, kapan
kamu akan benar-benar pulang? Singgah dan menetap....”
Pagi-pagi aku
terbangun dan menemukanmu sudah berpakaian rapi. Ini bukan hal yang baru lagi.
Tapi, tak bisa kupungkiri, ada sedih yang teramat sangat terselip di palung
hati.
“Aku pergi
sebentar,” tuturmu singkat tanpa mau mendengar tangisku yang hampir meledak.
Tidak ada penjelasan lain tentang tujuanmu. Tubuhmu langsung melesat jauh
begitu saja. Hanya secarik kertas yang kutemukan di atas bantalmu.
“Aku
pergi sebentar untuk menengok sepi. Aku pastikan aku akan pulang. Sejauh apa
pun kita, aku dan kamu pasti kembali, dan akan selalu kembali.”
JOG, En-280215
No comments:
Post a Comment