Penulis: Endar Wahyuni
Senja sedikit berbeda. Langit
yang biasanya menjingga kali ini memilih berwarna kuning. Entah namanya apa dan
mengapa. Aku tak ingin terlalu memusingkannya. Aku hanya ingin menikmatinya
bersama orang-orang yang kusayang, tidak lebih.
Kali ini aku memilih
duduk santai di pelataran. Leluasa memandang cakrawala bersama lelaki yang amat
kusayangi. Kami bercakap-cakap santai. Sebentar-sebentar gelak tawa terdengar meramaikan
perbincangan kami. Apalagi, melihat dua kesayangan kami ikut bermain-main di
halaman. Berkejar-kejaran, lalu berebut memperlihatkan aksinya pada kami.
Aiihhh..., betapa ini
sangat menyenangkan bagiku. Menanti malam bersama lelaki yang begitu
menyayangiku. Juga dua kesayanganku yang masih kecil-kecil dan selalu
bertingkah lucu. Tanpa ragu kami bersendau gurau melepas penat. Mengukir segala
kenang yang mungkin akan sangat kami rindukan nantinya.
Tiba-tiba aku ingin
mengabadikan moment ini. Senja yang
menguning, juga dua kesayanganku yang semakin hari semakin lucu. Kuambil ponselku,
lalu mulailah jari jemariku beraksi mengaplikasikan kamera di ponsel. Jepret sana,
jepret sini, mencari-cari gambar terbaik.
“Blur, tuh!” komentar
lelakiku sambil mencibirkan bibirnya.
Lelakiku lalu ikut
mengeluarkan ponsel dari sakunya. Dia pun ikut beraksi, potret sana potret
sini. Namun, sayangnya dia tidak tertarik pada panorama langit kali ini. Dia lebih
berminat pada si kecil kesayangan kami.
“Nih, lihat! Bagus, kan?”
Dipamerkannya hasil jepretannya yang memang lumayan lebih bagus dari kamera
ponselku.
“Yee..., iyalah, percaya.
Gimana kalau tukeran?” rajukku.
“Enak aja!” sahutnya
ssambil menjulurkan lidah.
Aku berusaha merebut
ponselnya. Namun, rupanya dia lebih sigap. Kami pun seperti si kecil,
berkejar-kejaran. Bercanda, saling mengejek, juga berebut ponsel.
“Kalian?!” tegur seorang
wanita berdiri di ambang pintu.
Sontak kami langsung
menghentikan aksi masing-masing. Mata langsung tertuju pada wanita itu. Sudah
pasti kena semprot ini, batinku sambil menggigit bibir.
“Sudah magrib, nggak baik
di luar. Sudah mandi juga masih kejar-kejaran. Ayo masuk, ajak kucing-kucingnya
masuk juga. Takut jadi bulan-bulanan kucing besar,” perintah Mak.
Aku hanya meringis sambil
tersenyum nakal ke arah Bapak. Lalu, tawa kami kembali pecah seiring tatapan
sebal Mak melihat suami dan anaknya yang selalu begini.
JOG, En-151214
Lihat juga kumpulan FTS lainnya di sini
senja pelataran....besok besok senjawisata ya mbk. hehehe
ReplyDeleteSiappp Mas Seno, asal bakso tusuk, lho, ya! ^^ :p
Delete