Penulis: Endar Wahyuni
“Sore yang indah, ya,” sapaku seraya meletakkan dua gelas susu putih.
“Sore yang indah, ya,” sapaku seraya meletakkan dua gelas susu putih.
Lelakiku
tampak lama memandangiku. Aku hanya tersenyum kecil, lantas duduk di sampingnya.
Inilah waktu yang selalu kami sukai. Berdua di beranda, menikmati sore.
“Kopimu
mana?” tanya lelakiku.
Aku
mengerutkan dahi. Merasa tak percaya dengan ucapannya.
“Kenapa?”
tanyanya lagi.
“Bukannya
kamu yang bilang sendiri, nggak baik tiap hari minum kopi.”
Lelakiku
beranjak pergi. Aku bingung, terpaku di kursi kayuku. Selang beberapa waktu dia
kembali. Di tangannya kudapati cangkir kesayanganku. Tampak kopi hitam
mengepulkan asapnya, mengisi setengah bagian cangkirku.
“Aku tahu kamu
nggak suka susu putih. Lain kali sediakan susu cokelat. Kalau kamu tetap malas
minum susu, bisa buat teh manis. Atau jeruk hangat kesukaanmu dulu,” ucapnya
seraya menuangkan sebagian susu putih ke dalam cangkir kopi.
Aku hanya
tersenyum kecil melihatnya.
“Ini
dispensasi kopi untukmu sore ini. Kopi susu. Boleh..., tapi, jangan
sering-sering, ya, Mbem!”
Lagi-lagi aku
hanya tersenyum kecil. Mengerling manja pada lelakiku. Lelaki pembenci kopi
yang selalu kusayangi. Teman memagut mimpi, juga mewujudkan impian.
No comments:
Post a Comment