Penulis: Endar Wahyuni
Matahari berada di puncaknya ketika Rey
tiba di kos Dian. Dia segera memarkirkan sepeda motornya di bawah pohon
rindang, tepat di depan pintu kos Dian. Peluhnya menetes, rasa haus terus
menggodanya untuk segera berteduh dan menikmati air es.
“Di...?” Rey memanggil Dian dari luar
pintu. Tidak berapa lama Dian menyembul dari balik pintu. Tersenyum sumringah
sambil membawa sebotol air mineral dingin yang baru saja dibelinya.”
Masuk, yuk!” ajak Dian sambil menyerahkan
botol air mineral yang sudah dia siapkan khusus untuk tamu istimewanya itu. Rey
mengikuti langkah Dian sambil sesekali meneguk air minumnya. Sampai di kamar
kos, Rey duduk di lantai tanpa alas sambil menyenderkan tubuhnya di meja kecil.
“Kok di lantai, sih?” Dian pasang muka
manja.
“Biar ademan dikit. Di luar panas banget,
Di!” Rey menyeka keringatnya.
“Sini aku bantu pake tissue!” Dian
mengambil beberapa lembar tissue muka lantas mendekati Ryan.
“Nggak usah, Di. Udah, kok.”
“Kamu capek, ya? Kok aneh banget hari
ini. Lagian kamu siang bolong gini ngotot mau ketemu.” Dian cemberut, tambah
kecut lagi lihat wajah Rey yang ditekuk dari tadi.
“Di, aku rasa kita harus mengakhiri semua
ini....”
“Kamu ngomong apa sih, Rey?” Dian mulai
memerah matanya. Lekat, ditatapnya wajah Rey. Lelaki yang selama ini selalu
menjadi malaikatnya. Orang yang selalu bisa membuatnya tertawa lepas. Sosok
yang sangat dicintainya. Tapi, tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba di
siang bolong begini mengucapkan kata-kata yang membuatnya seperti tersambar
petir.
“Aku serius, Di. Aku tahu kamu bakalan
kecewa, tapi hubungan ini nggak mungkin kita pertahankan.
“Rey, aku nggak bisa! Aku butuh kamu!
Kamu tega ninggalin aku gitu aja...?”
“Bukan hanya kamu yang sakit, Di. Aku
juga berat mengambil keputusan ini. Tapi dari awal kita sudah saling mengerti,
bahwa hubungan ini tidak akan mendapat restu dari orang tua kita....”
“Bulshit soal restu! Kalau kamu
sayang aku harusnya kamu nggak usah mikirin yang lain. Hidup ini kita yang
jalani, bukan mereka...!”
“Aku mohon mengertilah, Di! Aku dan kamu
sama-sama tersakiti dengan keputusan ini. Cuma nggak ada pilihan lain, aku juga
ingin membuat orang tuaku bahagia. Dan kamu juga harus bisa membahagiakan orang
tuamu, Di!”
“Dengar, Rey! Ada banyak cara untuk
membahagiakan orang tua. Nggak harus dengan kita berpisah, kan?” Dian semakin
garang, amarahnya meluap-luap.
“Tapi aku tetap dengan keputusanku, Di.
Maafkan aku! Kita harus sama-sama saling mendukung. Tapi bukan sebagai sepasang
kekasih, melainkan sebagai sahabat,” tukas Rey.
“Kenapa, Rey? Kenapa mereka tidak
mengerti kalau kita saling mencintai? Kenapa mereka menuntut kita untuk bersama
pilihan mereka?” Dian menangis hebat, dipeluknya Rey erat-erat.
“Aku nggak mau kehilangan kamu, Rey. Aku
nggak mau kehilangan cinta kita. Biarlah orang beranggapan apa, menghujat semau
mereka. Mereka nggak tau apa yang kita rasakan. Mereka hanya bisa ngomong kalau
kita itu tidak pantas bersama!” Dian semakin meradang. Tangisnya buncah di
dekapan Rey. Sementara Rey hanya diam membisu.
“Aku ingin cinta kita abadi sampai akhir
hayat, Rey. Aku benar-benar sangat mencintaimu,” ucap Dian seiring jeritan Rey
yang memecahkan kesunyian kos yang kebanyakan sedang ditinggal pergi atau
ditinggal terlelap oleh pennghuninya.
Kini, tubuh Rey lunglai berlumuran darah.
Sementara tangan kanan Dian memegang pisau. Pisau yang diam-diam diambilnya
dari meja tempat Rey bersandar. Mata Rey masih sedikit terbuka, bibirnya komat-kamit
seperti sedang mengucapkan sesuatu. Namun, Dian tak mampu mendengarnya.
“Maafin aku, Rey. Ini keputusan yang
terbaik. Kita sudah janji akan saling mencintai selamanya. Dan sekarang aku
buktikan janji kita!” Dian menancapkan pisau yang sudah berlumuran darah itu ke
tubuhnya, tepat mengarah ke jantungnya. Dian jatuh bersimbah darah. Beberapa
penghuni kos yang masih ada di kamarnya keluar, berlari ke kamar Dian karena
sempat mendengar teriakan Rey.
Terlambat!
Yang mereka dapati ternyata tinggal dua
jasad yang jatuh di lantai bersimbah darah, juga pisau yang menjadi saksi bisu
pertengkaran sepasang lelaki yang meraka ketahui sudah memadu kasih setahun
belakangan ini.
Kulon
Progo, EN-090914
Lihat juga Flash Fiction lainnya di sini
No comments:
Post a Comment