Saturday, October 25, 2014

LIFE (Part 11)

Kicau burung membangunkan pagi. Seiring ocehmu yang begitu nyaring membuyarkan mimpi. Dengan mata panda aku menggeliat, memamerkan bibir manyunku. “Hahaha, sampai jam berapa semalam ‘kau menangis?” Ah... lagi-lagi kau terus menggoda. Aku hanya tersenyum manja. Masih kuingat jelas, semalam tangisku tumpah karenamu. Dan pagi ini, ‘kau sudah datang memamerkan gigi rapimu. Kita nikmati bersama pagi ini. Tawamu renyah menggoda. Selidik matamu membuatku harus membenamkan mukaku. Aku hanya takut kegundahanku masih kaulihat. Walau sebenarnya aku yakin ‘kau pun tahu. Ya... jam demi jam mampu kita habiskan. Dengan berbicara ini dan itu, sana dan sini tanpa letih.

Brekk! Suara pick up yang entah ada apa di luar sana menyadarkanku. Ternyata kicau burung itu hanya ingatanku. Sedang saat ini matahari hendak singgah ke peraduannya. Kau pasti tahu, aku masih mengurung diri di kamar. Meringkuk memeluk guling yang ternyata sudah basah. Di luar, kudengar kau tengah bersemangat mempersiapkan kepindahanmu. Ribut-ribut aku hiraukan. Sengaja. Aku enggan menemuimu, apalai membantumu. Kau terlalu jahat. Meninggalkanku bersama sepi yang sudahmenanti di ujung pintu. Sudah kubilang berkali-kali, aku bakal sulit melewati masa-masa setelah ini. Tapi, aku pun tahu, tak ada alasan bagimu ‘tuk tetap tinggal di sini, di hunian sejuta kenang kita.

Dor... dor... dor...!!!

‘Kau menggedor pintuku. Aku diam. ‘Kau masih memaksa. Ah..., rupanya kau tahu aku benar-benar tak terlelap. Aku hanya takut melepas punggungmu yang kian lenyap nantinya.

“Pamit,” kaubilang dari luar pintu. Kudengar langkahmu semakin menjauh. Semakin hilang ditelan jarak. Aku tak sanggup!

“Hati-hati, ya!” Kudekap erat dirimu, bersama tangis yang semakin buncah. Aku melepasmu bersama senja yang kian menua.


JOG, En-251014

No comments:

Post a Comment