Sore ini, tak ada musik, aku memang sedang ingin menikmati suasana
hening. Aku terduduk di meja yang dulu menjadi mejadi meja belajarku.
Beberapa helai kertas di hadapanku. Mulai kubolak-balik, mencoba
mencermati setiap angka-angka, persenan, kode-kode dan kata-kata yang
terangkai menjadi rumus-rumus kerjaku yang harus kukuasai. Ah..., rumit! Ini lebih rumit dari pelajaran matematikaku dulu, tingkatan kelas
terhadap seat sebuah maskapai yang berbeda-beda membuatku sulit
menjadikannya di luar kepala.
Sejenak 'ku berhenti dari pandanganku pada lembar-lembar kertas itu. Kulayangkan pandanganku sejenak ke depan, luas menembus kaca jendelaku. Lalu, semilir angin sore ini melewati daun pintu yang sengaja kubuka lebaran. Ah..., ini suasana yang paling kusuka, tapi efeknya jadi mengkhayal tak jelas.
Terlintas wajahnya yang menghiasi soreku dan sorenya besok, suatu saat nanti. Ketika kami melepas lelah, duduk di beranda, menikmati secangkir teh, atau sekedar duduk berdua menikmati angin sore yang meneduhkan.
Ahhh..., aku harus terbangun dari lamunanku. Semua masih fana, dan kertas di depanku inilah prioritas utamaku saat ini. Aku harus bisa menguasainya untuk melangkah ke tahap berikutnya.
Suara adzan maghrib mulai menggema, aku tersentak, kulangkahkan kakiku, sesegera mungkin untuk mengambil air wudhu. Ini adalah saatnya aku berdua menikmati saat-saat terindah dengan-Nya, yang tak pernah henti mencintaiku dan membuka pintu maaf-Nya.
Dalam doa-doaku, terselip sebuah doa yang terakhir kuucap dan menjadi penutup doa-doaku yang indah.
"Ya Allah..., izinkan aku untuk mencintai yang terbaik bagiku, yang menjadi imamku kelak. Aku ingin, dia adalah seseorang yang baik dan yang terbaik. Dan jika yang baik akan Engkau beri yang baik pula, jadikanlah aku wanita yang punya akhlak baik, punya iman yang baik, hati yang tulus, dan punya kasih yang sederhana tapi punya keindahan tersendiri. Jika nanti dia benar adalah imamku, bimbing aku untuk mencintainya, mendampinginya hingga akhir hayat. Tuntun aku untuk selalu menyayanginya tanpa melihat yang lain. Beri aku kekuatan untuk menemaninya menjalani kerikil kehidupan. Beri aku kesabaran untuk mendengar segala keluh kesahnya. Beri aku kelapangan untuk memaafkan segala khilafnya. Beri aku kelembutan untuk menghapus setiap luka dan tangisnya. Beri aku senyum termanis untuk menemaninya tertawa menyambut rasa bahagianya. Dan jadikanlah aku makmum yang terbaik untuknya. Dan jika nanti memang benar Kau membuka pintu restu bagi kami, izinkan aku untuk menjadi ibu bagi anak-anaknya. Limpahkan kasih sayang dan kehangatan agar aku bisa menjadi yang terbaik dan terindah untuk memeluknya dan putra putri kami nanti. Aamiin...!"
Sejenak 'ku berhenti dari pandanganku pada lembar-lembar kertas itu. Kulayangkan pandanganku sejenak ke depan, luas menembus kaca jendelaku. Lalu, semilir angin sore ini melewati daun pintu yang sengaja kubuka lebaran. Ah..., ini suasana yang paling kusuka, tapi efeknya jadi mengkhayal tak jelas.
Terlintas wajahnya yang menghiasi soreku dan sorenya besok, suatu saat nanti. Ketika kami melepas lelah, duduk di beranda, menikmati secangkir teh, atau sekedar duduk berdua menikmati angin sore yang meneduhkan.
Ahhh..., aku harus terbangun dari lamunanku. Semua masih fana, dan kertas di depanku inilah prioritas utamaku saat ini. Aku harus bisa menguasainya untuk melangkah ke tahap berikutnya.
Suara adzan maghrib mulai menggema, aku tersentak, kulangkahkan kakiku, sesegera mungkin untuk mengambil air wudhu. Ini adalah saatnya aku berdua menikmati saat-saat terindah dengan-Nya, yang tak pernah henti mencintaiku dan membuka pintu maaf-Nya.
Dalam doa-doaku, terselip sebuah doa yang terakhir kuucap dan menjadi penutup doa-doaku yang indah.
"Ya Allah..., izinkan aku untuk mencintai yang terbaik bagiku, yang menjadi imamku kelak. Aku ingin, dia adalah seseorang yang baik dan yang terbaik. Dan jika yang baik akan Engkau beri yang baik pula, jadikanlah aku wanita yang punya akhlak baik, punya iman yang baik, hati yang tulus, dan punya kasih yang sederhana tapi punya keindahan tersendiri. Jika nanti dia benar adalah imamku, bimbing aku untuk mencintainya, mendampinginya hingga akhir hayat. Tuntun aku untuk selalu menyayanginya tanpa melihat yang lain. Beri aku kekuatan untuk menemaninya menjalani kerikil kehidupan. Beri aku kesabaran untuk mendengar segala keluh kesahnya. Beri aku kelapangan untuk memaafkan segala khilafnya. Beri aku kelembutan untuk menghapus setiap luka dan tangisnya. Beri aku senyum termanis untuk menemaninya tertawa menyambut rasa bahagianya. Dan jadikanlah aku makmum yang terbaik untuknya. Dan jika nanti memang benar Kau membuka pintu restu bagi kami, izinkan aku untuk menjadi ibu bagi anak-anaknya. Limpahkan kasih sayang dan kehangatan agar aku bisa menjadi yang terbaik dan terindah untuk memeluknya dan putra putri kami nanti. Aamiin...!"
No comments:
Post a Comment