Ini kembali cerita tentang sosok yang tak kukenal jati dirinya. Yang kutahu dia selalu di emperan toko itu, simpang empat. Entah apa yang selalu dalam pikirannya. Yang kutahu dia selalu memandang lalu lintas yang ada di sekitarnya. Tidak jenuhkah dia hidup tanpa teman bicara? Atau mungkin keadaanlah yang memaksanya untuk selalu membisu dan hanya mengamati benda-benda beroda itu berjalan.
Sudah makankah dia hari ini? Nyenyakkah tidurnya semalam? Kuingat beberapa waktu yang lalu hujan deras mengguyur kota itu. Berteduh di manakah dia? Di manakah keluarga dan sanak saudaranya? Kenapa dia harus menghabiskan masa tuanya dengan kehidupan yang terlalu kejam. Ahh..., rasanya terlalu rumit untuk memikirkannya. Bahkan mungkin pos polisi yang berada di seberangnya itu pun tak pernah memikirkannya. Yaa..., dunia memang sampai kapan pun menganut hukum rimba. Tak hanya ibu kota saja yang kejam, anak-anaknya pun tak mau kalah. Begitulah kehidupan yang mau tidak mau harus kita jalani.
Terkadang aku tak ingin menyaksikannya, sosok tua nan rapuh itu menghiasi jalanan dengan gambaran yang tidak mengenakkan. Karena pada akhirnya air mataku yang akan berteman dengannya. Mengingatkanku pada sosok senja yang kutinggalkan di rumah. Tapi mungkin Tuhan punya maksud lain sehingga dengan gamblangnya pun aku terus menyaksikannya disetiap perjalananku. Mungkin Tuhan ingin menunjukkan inilah kehidupan. Banyak hal yang tidak kita inginkan dan tidak mengenakkan terjadi. Tuhan mengajariku untuk mensyukuri apa yang aku punya. Sesederhana apa pun itu, itu tetap nikmat dari Tuhan yang patut dan wajib kita syukuri.
Aku memang tak mampu mengubah sedikit pun dari keadaannya, tapi setidaknya aku bisa belajar bersyukur darinya. Untuk nenek yang ada di simpang empat, semoga Tuhan selalu melindungimu, memberimu kebahagiaan. Jika dunia ini terasa neraka bagimu, semoga kelak kau bisa temukan surga yang abadi. Semoga Tuhan selalu membersamaimu, memberikan yang terbaik untukmu.
Keep smile teman :)
No comments:
Post a Comment