Detik demi detik itu telah berlalu, begitu pula dengan saat-saat di mana sesuatu yang biasa menjadikan kecewa bila terlewatkan tanpa satu pun ucapan simpatik.
Sudah saatnya aku pergi, melupakan segala rangkaian kata yang dulu selalu kusiapkan matang-matang saat kusambut hari-hari yang seolah menjadi hal yang penting. Kutahu, ada sosok nan cantik di sisimu. Seseorang yang dulu sempat membuatku menangis, ya..., meski kau pun tak tahu.
Gadis itu...
Aku tau gadis itu selalu ada untukmu, baik saat aku masih bertahan di sisimu, atau saat kau tak lagi sanggup membersamaiku.
Dulu, aku sangat membencinya.
Kulihat dia mengiba padamu, bahkan di jejaring sosial pun dia berani mengungkapkannya.
Hmmm...
Sudahlah, semua itu hanya cerita lalu.
Toh, buktinya sekarang kamu telah memilihnya, mewujudkan cita-citanya sebagai kekasihmu.
Dan sepertinya dia pun punya arti khusus untukmu.
Karena saat di mana aku yang harusnya menemanimu, aku sibuk sendiri dengan kegiatan dan visi misiku di organisasiku.
Sedang dia terus dan terus menemanimu, memberi segalanya, hingga kau pun bagai seorang raja di hadapannya.
Lain ketika bersamaku, kau adalah sosok yang harus menunggu dan terus menunggu hingga kau jemu, dan kau masih terus bertahan, namun aku pun terus mengacuhkanmu, begitulah katamu.
Kuingat suatu saat kukirim pesan untukmu dengan nomor baru, kukira kamu sudah tahu bahwa itu aku, tapi yang kutemukan kau malah menyebut satu nama perempuan, hingga akhirnya kutahu wanita itu adalah dia, yang kini bersamamu.
Saat ini, kutahu dia pun tak akan pernah lupa sedikit pun hal yang penting untukmu, dan aku pun tak perlu berusaha menjadi orang pertama yang mengingatkanmu.
Dia pun akan berusaha mempertahankanmu mati-matian, mengingat perjuangannya bertahun-tahun meluluhkan hatimu.
Semoga bahagia.
No comments:
Post a Comment