Hujan masih mengguyur deras, sepertinya langit enggan menyeka air matanya yang terus mengalir, membasahi wajah bumi. Sekilas dingin menelusup, memalaskan jemari ini untuk terus menari-nari mengukir cerita.
Aku beranjak mengambil selembar kertas kecil. Sejenak berkutat pada bagian-bagiannya. Dan perahu kertasku siap melaju di bawah rentetan peluru mendung. Walaupun pada akhirnya sama saja, sedikit demi sedikit basah lalu terendam, belum sempat berlayar malah :D
Aku beranjak mengambil selembar kertas kecil. Sejenak berkutat pada bagian-bagiannya. Dan perahu kertasku siap melaju di bawah rentetan peluru mendung. Walaupun pada akhirnya sama saja, sedikit demi sedikit basah lalu terendam, belum sempat berlayar malah :D
Seulas senyum kecilku, menertawakan kejengkelanku dulu. "Kenapa perahuku tak pernah bisa mengarungi sedikit air yang menggenang di hadapanku".
Aku masih menikmatinya, menikmati hawa dingin bersama sedikit air yang menyapu wajahku terbawa angin. Tidak ada secangkir teh panas, sepiring pisang goreng, atau bahkan semangkuk mie kuah yang tentunya sangat nikmat ;)
Karena aku tak lagi menginginkannya. Kamu tahu? Sekali lagi kutoleh ponselku, tak kulihat lagi balasan darimu. Mungkin kamu sudah tertidur :)
Kamu tahu, aku ingin suatu saat nanti kita bisa menikmati suasana ini berdua dalam satu atap. Hahaha..., tinggi banget, ya, khayalannya? ;)
Kalaupun besok kamu tak mau melihat perahu kertasku, mungkin secangkir kopi bisa membuatmu betah melihatku bermain-main dengannya. Asal kau pun tidak menertawakan kegilaanku..., hehehe.... :D
Alunan musik mengiringi deretan air hujan, dan kulihat perahuku sudah tak berbentuk lagi. Anganku kembali melayang. Tiba-tiba terlintas dalam benakku, peristiwa yang lalu. Saat kita bersama di bawah hujan. Kamu nggak tahu, kan, kalau ada air mata yang mengalir tersamar oleh hujan yang membasuh wajahku.
Saat-saat tersulit, di mana kamu tak pernah lepas dari kebaikanmu, hingga terlalu sulit untukku, untuk melepasmu begitu saja. Walau saat itu aku tahu, banyak pertengkarang-pertengkaran kecil bahkan sesuatu yang harusnya tidak dipermasalahkan malah menjadi api yang hebat.
Aku tak tahu bagaimana caramu dulu datang, caramu
mencintaiku, caramu memendam rindumu, caramu menahan kecewamu, dan
caramu melampiaskan ketidak sukaanmu.
Hingga kutemui kisah lain di hidupmu, di cerita kita ;)
Tapi, kamu tak pernah tahu, bagaimana aku berusaha sabar melihatmu terus tersenyum kecil, sibuk dengan ponselmu, dan hanya hujan itu yang menemaniku memandangi tingkahmu.
Tapi aku bersyukur, aku masih bisa berdoa di bawah
hujan itu, walau mungkin saat itu pikiranmu entah kemana. Tahu
nggak apa yang ada dalam doaku saat itu? ^.^
Yang jelas tentang kamu, tapi... :D
Aku tak tahu apa Tuhan menjawab doaku atau tidak. Tapi
yang jelas, aku bersyukur pada Tuhan karena Dia sempat mempertemukan
hati kita ;)
Dan di musim yang entah keberapa ini, masih ada kamu :)
Thank's God :) :*
No comments:
Post a Comment