Waktu telah berlalu, meninggalkan jarak di antara kita. Suatu ketika kita, berjalan sendiri-sendiri, mengejar mimpi masing-masing, atau hanya sekadar melepas rindu pada keramaian dunia. Suatu ketika pula ada di antara kita yang berjalan sendiri, tanpa tahu yang lain sedang menunggu, berharap ada uluran tangan, menuntun melangkah bersama. Sayang begitu jauh jarak yang kita ciptakan, membuat jari jemari terasa beku untuk merengkuh, atau sekadar mengusap tetesan peluh sambil berkata, kita pasti bisa.
Begitu pula dengan rasa yang kupunya, bertahan, entah untuk apa. Untuk cinta yang tak pasti, atau untuk sosok yang serasa tak kukenal. Aku memang tak mengenal dirimu, bahkan gambaran sosokmu pun kabur terhalang kabut itu. Jauh rasanya, untuk meraih tanganmu dan berkata, genggam
tanganku, tuntun aku, dan terus ajak aku dalam langkahmu. Tapi, berteriak sekeras mungkin pun suaraku lenyap tertelan awan-awan hitam itu.
Andai aku dan kamu masih di sini, di ruang di mana kita dipertemukan, mungkin semua ini tidak akan tertulis. Tapi, inilah kehidupan....
Begitu pula dengan rasa yang kupunya, bertahan, entah untuk apa. Untuk cinta yang tak pasti, atau untuk sosok yang serasa tak kukenal. Aku memang tak mengenal dirimu, bahkan gambaran sosokmu pun kabur terhalang kabut itu. Jauh rasanya, untuk meraih tanganmu dan berkata, genggam
tanganku, tuntun aku, dan terus ajak aku dalam langkahmu. Tapi, berteriak sekeras mungkin pun suaraku lenyap tertelan awan-awan hitam itu.
Andai aku dan kamu masih di sini, di ruang di mana kita dipertemukan, mungkin semua ini tidak akan tertulis. Tapi, inilah kehidupan....
No comments:
Post a Comment