Monday, October 26, 2015

JIKUSTIK - UNTUK DIKENANG





Ingat aku saat ‘kau lewati
Jalan ini setapak berbatu
Kenang aku bila ‘kau dengarkan
Lagu ini terlantun perlahan

Barisan puisi ini
Adalah yang aku punya
Mungkin akan ‘kau lupakan
Atau untuk dikenang

Ingat aku bila ‘kau terasing
Dalam gelap keramaian kota

Tulisan dariku ini
Mencoba mengabadikan
Mungkin akan ‘kau lupakan
Atau untuk dikenang.

Doakanlah aku malam ini
Sebelum ‘kau mengarungi malam




Sumber: http://musiklib.org/Jikustik-Untuk_Dikenang-Lirik_Lagu.htm

Friday, October 16, 2015

LIFE (Part 24) "Keabadian yang Tak Pernah Terabadikan



Setiap perjalanan menyimpan ceritanya masing-masing. Setiap cerita menyimpan kenangannya sendiri-sendiri. Setiap kenangan menyimpan rasa demi rasanya. Tangis, tawa, sedih, bahagia, jenuh, rindu adalah bagian dari rekaman perjalanan ini. Perjalananku, kamu, dan kamu. Mewujudkan sebuah kotak musik yang tak terwujud. Cukup kita yang mengetahui seperti apa bentuknya, bagaimana rasanya, dan sedalam apa kisahnya. Ya, cukup kita---aku, kamu, dan kamu.

Entah sudah berapa musim perjalanan ini mewarnai hari-hari kita. Walau warnanya tak pernah tersentuh kanvas pun cat air. Padahal, mungkin jika seorang seniman berkenan menyentuhnya, entah sudah berapa banyak lukisan yang tercipta. Goresan merah, kuning, biru berpadu apik menyelaraskan pagi ke siang, siang ke malam, hingga malam kembali menemui pagi. Tapi semua objek indah ini memang tak pernah tersentuh seorang seniman pun. Ah, aku pikir bukan mereka yang enggan, tapi kita yang tak pernah menginginkan seseorang melukiskan apa pun tentang kita. Kenapa? Hanya aku, kamu, dan kamu yang tahu dan mengerti betapa berharganya perjalanan ini untuk kita simpan sendiri.

Hujan telah kembali. Setelah gersang menjadi puncaknya kemarau. Dan kita?
Kita masih saja berkelakar. Tentang galau yang kamu bilang candu. Tentang dilema yang kamu bilang masakan terhambar. Tentang air mata yang pernah kubilang adalah obat penawar. Kita masih saja menertawakan satu sama lain. Tak ada yang tahu bahwa ada seribu kekuatan di satu ejekan. Ada sejuta keyakinan di setiap hardikan. Tapi dunia tak akan tahu, bagaimana diksi-diksi itu sangat jarang terlontar manis dalam nuansa romantis. Semua sudah berlalu. Tanpa ada satu kaset pun berhasil merekamnya. Kenapa? Kita tak punya itukah? Ya. Kita memang tak pernah membutuhkannya. Karena hanya aku, kamu, dan kamu yang tahu dan mengerti betapa berharganya perjalanan ini untuk kita simpan sendiri.

Dan entah pertemuan semalam adalah ke berapa ribu kali bumi mengelilingi matahari. Tapi kita masih tetap sama---tertawa, menertawakan, ditertawakan. Mengulas kembali awal perjalanan ini. Kita mulai menyebutkannya satu per satu sampai larut. Tapi ketika kantuk sudah menyergap, kita masih punya banyak stok cerita yang belum diceritakan. Ah..., memang begitu banyak kenangan ini. Kenangan yang tak pernah kita simpan dalam satu foto pun. Kenapa? Padahal ponsel kita mumpuni, bukan? Kenapa tak pernah punya satu keinginan pun untuk mengabadikannya? Karena hanya aku, kamu, dan kamu yang tahu dan mengerti betapa berharganya perjalanan ini untuk kita simpan sendiri.

Lalu?

Apa yang harus diteruskan lagi. Aku pikir kita sudah mengucapkan salam perpisahan itu hampir setengah tahun yang lalu. Saat kamu telah bahagia, saat kamu sedang menyusun hari bahagia, saat aku masih menunggu waktu bahagiaku sendiri.

Dan sekarang?

Sekarang kita sedang sama-sama bahagia. Dengan kehidupan yang aku, kamu, dan kamu punya. Bersama selipan kenangan tentang kita. Tentang tiga anak manusia yang saling menguatkan. Jadi, cukuplah kisah ini milik kita. Biarkan dia menyulap dirinya bak dongeng sebelum tidur. Dongeng yang tak pernah terambah pena dan kertas. Tapi akan tetap mengalir dalam irama kehidupan kita. Biarlah perjalanan ini melayakkan dirinya menjadi keabadian yang tak pernah terabadikan.

Ini milik kita :)


JOG, En-161015


Big thank's to Mr. Paijo and Ms. DC ^-^ ^-^