Sunday, May 10, 2015

Sudah Waktunya?

Penulis: Endar Wahyuni



“Mungkin sudah saatnya?”

“Sepertinya belum.”

“Jangan-jangan..., ah, sudahlah.... Panggil bantuan!”

Suara-suara itu terus berebut masuk ke gendang telingaku. Namun, aku tak begitu memedulikannya dan lebih memilih sibuk dengan rasa sakit yang teramat ini. Juga sibuk mengingat-ingat apa yang telah terjadi.

Warna merah darah itu ternyata berimbas pada hari ini. Harusnya ada sesuatu yang terjadi sebelum adanya bercak yang kutemukan kemarin. Otakku masih terus mencari-cari penyebabnya sambil menahan sakit.

Sepeda! Ah, iya..., sepeda. Tiba-tiba aku teringat benda kesayangan itu.

Beberapa hari yang lalu, entah angin apa yang membuatku pagi-pagi pengin sekali makan kue pasar. Padahal, kalau dipikir-pikir aku sudah tidak lagi mengalami masa ngidam. Tapi, dorongan untuk pergi ke pasar sangatlah kuat. Jadi, daripada merepotkan orang lain, aku putuskan berangkat ke pasar sendiri naik sepeda. Maklum, motor belum menjamur di sini.

Dibutuhkan waktu kira-kira empat puluh menit untuk sampai di pasar. Apalagi jalannya masih setapak. Bahkan, ada beberapa daerah yang masih berupa bebatuan. Jalanan memang cukup licin, juga sedikit becek sisa hujan semalam.

Sesampainya di pasar aku buru-buru menuju penjual jajanan pasar. Betapa senang ketika akhirnya bisa mendapatkan kue yang aku pengin. Setelah membeli cukup kue juga sayuran, aku bergegas pulang.

Aku sangat bersemangat menempuh perjalanan pulang karena ingin segera sampai rumah dan menikmati kue itu. Akhirnya, kupilih untuk mengayuh sepeda secepatnya melewati jalanan yang belum juga sepenuhnya kering. Tiba-tiba...

BRUKKK...!!!

“Awww....” Aku meringis kesakitan. Badanku tersungkur, kaki tertindih sepeda. Kucoba bangun dan menegakkan sepeda. Tapi, perutku terasa sangat sakit. Tak ada orang lain di situ. Aku menangis menahan nyeri.

“Biar saya tangani.” Seorang wanita tiba-tiba datang, membuyarkan lamunanku. Dia lantas mendekat dan memeriksaku.

“Tampaknya memang harus prematur,” lanjutnya.

Aku sedikit ngeri mendengarkan ucapan wanita berbaju putih polos itu. Ada rasa takut yang terus berkecamuk. Takut untuk melahirkan secara prematur, juga takut jika suamiku nanti tahu penyebab sebenarnya.


JOG, En-210415

*) cerita seorang Ibu di kampungku
*) kejadian pada Mei 1993



Lihat juga FTS lainnya di sini